Monday, November 23, 2009

2012 : Pemasaran ditengah Penasaran

Tahun 2012. Ya, tahun tersebut sekarang sedang lagi ngetop-ngetopnya atau berada di puncak popularitas. Hampir semua orang tau tahun tersebut. Tahun ini begitu populer karena ada suatu hal besar yang diramalkan akan terjadi pada tahun tersebut, yaitu KIAMAT.

Isu kiamat akan terjadi pada tahun 2012 saat ini menjadi pembicaraan yang panas. Seluruh kalangan masyarakat saat ini membicarakan hal tersebut. Pro dan kontra mulai bermunculan seputar isu kiamat ini. yang kontra mengatakan bahwa kiamat adalah rencana TUHAN yang tidak dapat manusia ketahui kapan akan terjadi. Yang pro dengan isu ini berusaha mengungkapkan alasan-alasan disertai dengan data-data(alasan??) yang mendukung pernyataan mereka, seperti :
1. kalender suku maya yang katanya berakhir pada tanggal 21 Desember 2012.
2. isu siklus matahari yang menyebabkan pergeseran kutub bumi yang memuncak pada tahun 2012
3. tumbukan asteroid besar yang akan terjadi tahun 2012
4. Ramalan Mama Loren yang mengatakan bahwa dia tidak dapat menerawang lebih dari tahun 2012 (rasanya khusus di indonesia. hehehe).
5. dll, dll

Saat isu kiamat tahun 2012 ini sedang panas-panasnya dibicarakan, bulan november ini diputar film yang mengangkat isu kiamat ini, yaitu film 2012 yang disutradarai oleh Roland Emmerich. Film 2012 ini menampilkan gambaran akan datangnya hari kiamat dengan munculnya musibah-musibah besar di dunia dan kisah beberapa orang yang selamat dari musibah tersebut.

Begitu film ini ditayangkan di bioskop2, orang-orang yang tengah penasaran mengenai kiamat ini langsung menyerbu untuk menonton. Seperti di surabaya misalnya. Meskipun di surabaya terdapat banyak bioskop dan tiap bioskop membuka beberapa studio untuk film ini, selalu penuh oleh penonton. Antrian di loket sangat panjang tiap harinya. Sampai sampai sering terlihat informasi di loket bahwa tiket film 2012 untuk hari itu sudah SOLD OUT alias habis terjual untuk SEMUA JAM TAYANG. Hal ini menunjukkan begitu antusiasnya masyarakat untuk melihat bagaimana kiamat yang digambarkan oleh film tersebut.

Dari hal tersebut, aku melihat sebuah strategi pemasaran yang tepat dalam memasarkan film ini. Saat orang-orang sedang hangat-hangatnya membicarakan mengenai kiamat tahun 2012, peluncuran film ini membuat penasaran semua kalangan masyarakat (termasuk aku yang sampe saat ini belum nonton. T^T). Banyak orang yang tidak suka atau jarang menonton bioskop pun dibuat penasaran terhadap film ini. Ngga heran kalau hampir tiap hari tiket selalu habis terjual. Bahkan menurut temanku, ada yang rela mengantri bahkan sebelum mall buka hanya demi mendapatkan tiket film 2012 ini.

Isu pencekalan film 2012 di Indonesia oleh MUI juga merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya antusiasme masyarakat untuk menonton film ini. Mungkin sebagian masyarakat ada yang ingin cepat-cepat menonton sebelum film 2012 ini dicekal, atau mungkin juga orang yang semula tidak berminat untuk menonton film ini menjadi penasaran kenapa film ini sampai mau dicekal. Rasa penasaran ini yang mendorong mereka untuk menonton.

Yah... Mungkin dalam beberapa waktu ke depan, kiamat akan terus menjadi suatu topik pembicaraan yang hangat. Ditambah lagi bencana-bencana yang terus terjadi di bumi ini akan terus membangkitkan pemikiran masyarakat mengenai kiamat. Tapi, jangan sampai film ini mempengaruhi pemikiran kita mengenai kiamat. Kiamat akan terjadi pada waktunya nanti. Tapi kapan dan bagaimana kiamat itu hanya Tuhan yang tau. Kita tidak mungkin dapat mengetahuinya. Jadi buat apa kita pusing memikirkannya? ataupun takut menghadapinya? Yang penting sekarang ini, kita selalu mempersiapkan diri kita dengan selalu hidup di jalan Tuhan, selalu berbuat baik dan mematuhi segala perintahNya. Sehingga jika benar kiamat terjadi, kita sudah siap menghadap di hadiratNya. Amin....



-nyo-

Tuesday, November 17, 2009

Kota Tanpa Warna

Minggu lalu, tepatnya tanggal 14 November kemarin, di ballroom PTC diadakan sebuah drama musikal berjudul Kota Tanpa Warna yang diadakan oleh saudara-saudari dari Shalam Creative Ministry, sebuah creative ministry yang berada di bawah naungan BPK-PKK Keuskupan Surabaya.


Drama musikal ini menceritakan kisah 4 orang sahabat sejak kecil bernama Ella, Joni, Ling-ling dan Dewi. Uniknya, masing-masing memiliki karakter yang berbeda-beda. Ella suka mendominasi, suka tantangan, punya kemauan yang kuat, punya banyak impian, terlihat tegar meskipun sebenarnya rapuh. Joni lebih tenang, namun seringkali emosional, penuh perencanaan, romantis. Ling-ling selalu ceria, kekanak-kanakan, lugu, polos, suka berbicara, dan suka menjadi pusat perhatian. Sedangkan Dewi adalah orang yang pendiam, merupakan pendamai jika terjadi perselisihan dan sabar. Hanya satu yang menyatukan mereka yaitu janji lolipop yang mereka ikrarkan sejak kecil.

Suatu hari, saat Ella sedang berlibur, dia bertemu dengan seorang nenek yang ingin pulang ke kota kelahirannya yang sangat jauh. Karena kasihan, akhirnya Ella memutuskan untuk mengantar sang nenek pulang ke kampung halamannya. Saat tiba di kampung halaman nenek tersebut, Ella melihat pemandangan yang sangat mengejutkan. Di kota itu sama sekali tidak ada warna selain hitam dan putih. Penduduk di sana pun tidak satupun yang tersenyum ataupun gembira. suasana kota tersebut suram. ya... itulah Kota Tanpa Warna.

Karena Ella kasihan melihat kondisi kota yang menyedihkan itu, akhirnya dia memutuskan untuk mengajak sahabat-sahabatnya untuk mengubah kota itu menjadi kota yang penuh warna. Saat Ella menceritakan Kota Tanpa Warna tersebut, sahabat-sahabatnya sangat terkejut. Namun Ella berhasil meyakinkan sahabat-sahabatnya itu untuk membantu dia, untuk mengubah Kota Tanpa Warna tersebut. Perjuangan awal mereka untuk mengubah kota itu adalah "menaklukan" bapak walikota serta dewan kota tersebut. Akhirnya, mereka berhasil membujuk walikota untuk mewarnai kotanya.

Tapi, setelah berhasil, justru masalah datang dan membuat persahabatan yang telah bertahun-tahun terancam hancur berantakan. Dewi mengalami kecelakaan dan menjadi lumpuh. Dewi menjadi sangat putus asa terhadap kondisinya, dan memutuskan untuk berhenti melanjutkan usaha mereka mewarnai kota Tanpa Warna tersebut. Ella dengan sekuat tenaga tetap memaksa Dewi untuk melanjutkan usaha mereka. Ling-ling yang kasihan melihat Dewi dipaksa terus oleh Ella, menentang usaha Ella tersebut. Akhirnya mereka bertengkar. Dalam pertengkaran itu, Ling-ling mulai mengungkit kejelekan Ella yang sudah 5 tahun tidak berbicara dengan ibunya, perasaan cinta Joni terhadap Ella yang selama ini tidak Ella sadari karena keegoisannya. Melihat pertengakaran itu, Dewi memutuskan untuk pergi.

Setelah berjalan tanpa arah menggunakan kursi rodanya, Dewi sampai di depan sebuah panti asuhan. Di sana dia melihat anak-anak panti asuhan yang begitu ceria meskipun mereka tidak punya orang tua, tidak tahu tanggal lahirnya, dll. Di sana Dewi bertemu dengan Romo yang mengasuh anak-anak panti asuhan itu. Romo tersebut yang akhirnya berhasil menguatkan Dewi untuk bisa menerima keadaanya itu.

Akhirnya Dewi memutuskan kembali ke tempat sahabat-sahabatnya. Didasari dengan kasih terhadap sahabat-sahabatnya itu, akhirnya mereka saling memaafkan satu sama lain dan berkumpul kembali untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang belum selesai yaitu menjadikan Kota Tanpa Warna menjadi sebuah Kota Penuh Warna..

Yah kurang lebih seperti itulah ceritanya. Band pengiring yang ok, background dan tata cahaya yang kreatif, penampilan pantomime yang keren abis, dan tentunya para aktor dan aktris yang berperan dengan penuh penjiwaan dan sedikit kocak, membuat drama ini menjadi tontonan yang sangat menarik.

Selain itu, banyak sekali makna yang terkandung dalam cerita tersebut, yang sering kita hadapi dalam dunia nyata.
Beberapa hal yang dapat aku tarik dari kisah Kota Tanpa Warna ini adalah :
Pertama, kita di dunia ini hidup dengan warna yang berbeda-beda. Warna dalam hal ini adalah karakter dan talenta yang kita miliki. Nah dengan warna kita masing-masing ini, hendaknya kita dapat saling membantu orang-orang yang ada di sekitar kita sehingga sekitar kita menjadi tempat yang penuh warna, penuh kebahagiaan, tidak suram seperti Kota Tanpa Warna itu.
Juga, setiap warna memiliki keindahan sendiri-sendiri. Akan tetapi, jika kita bisa mengkombinasikan warna-warna dari masing-masing kita dengan baik, akan menghasilkan keindahan tersendiri, seperti lolipop yang manis dan memiliki paduan warna yang menarik.

Kedua, dengan warna-warna kita yang beraneka ragam ini, ketidak cocokan atau pertentangan pasti ada, seperti pertengkaran yang dialami oleh ke empat sahabat itu. Diharapkan, kita dapat seperti keempat sahabat itu, yang mau saling mengasihi dan memaafkan sahabat-sahabatnya meskipun mereka telah menyakiti kita.

Ketiga, seringkali kita seperti Ella, yang dengan penuh semangat membantu sang nenek untuk pulang ke Kota Tanpa Warna, berbuat baik dengan berusaha keras membantu mengubah Kota Tanpa Warna menjadi kota penuh warna, tapi sudah 5 tahun tidak berbicara dengan ibunya. Terkadang kita aktif pelayanan, kita mau membantu teman-teman kita, tapi kita sering mengabaikan apa yang ada di dekat kita. Orang tua kita, keluarga kita, saudara-saudari kita.

Keempat, seringkali juga kita seperti Dewi yang down saat kita mengalami sebuah masalah. Kita hanya meratapi masalah-masalah yang kita hadapi sehingga pekerjaan kita mewarnai sekitar kita menjadi terhambat atau bahkan terhenti, seperti Dewi yang hanya meratapi kelumpuhannya itu dan memutuskan untuk berhenti mewarnai Kota Tanpa Warna.

Yah mungkin itu yang aku dapatkan dari drama musikal Kota Tanpa Warna ini. Proviciat kepada saudara-saudari dari Shalam Ministry. Ngga sabar menunggu kreatifitas-kreatifitas mereka yang lain. hehehehe...

Mari kita warnai dunia kita ini dengan warna kita sehingga dunia ini menjadi dunia yang penuh warna, penuh kebahagiaan dan keceriaan. GBU



-nyo-