Wednesday, May 26, 2010

Yoh 3:16


Ada dua orang sahabat karib, sebut saja namanya A dan B. Meskipun mereka bersahabat karib, mereka memiliki prinsip yang sangat berbeda. Si A memiliki prinsip "muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga". karena memiliki prinsip demikian, si A mencoba segala kesenangan duniawi, mulai dari rokok, alkohol, narkoba, free sex, judi, dll, dll. Berkebalikan dengan si A sahabatnya, si B memiliki prinsip "hidup lurus-lurus saja". Seringkali si A mengajak si B untuk mengikutinya, tetapi si B terus menolak.
si A : "malam minggu ikut aku ke diskotik yuk"
si B : "ngga ah"
si A : "ayo lah, di sana banyak cewek-cewek cakep dan seksi lho"
si B : "ngga ah, aku ngga mau ke diskotik"

Sampai akhirnya setelah lulus kuliah, si A dan B menempuh jalan hidup yang berbeda. Si A menjadi orang yang sukses di sebuah kota, sedangkan si B memutuskan untuk kembali ke kampung nya untuk membantu ayahnya. Karena gaya hidupnya yang tidak benar, pelan-pelan si A mulai terjerat masalah. Semakin lama masalah yang dia hadapi semakin banyak sehingga membuat si A stress. Dalam kondisi tersebut, muncul keinginan untuk lari dari masalah-masalah nya tersebut dengan cara bunuh diri. Akan tetapi, sebelum bunuh diri, si A teringat sahabatnya yang berada di kampung. Akhirnya dia memutuskan untuk menemui sahabatnya itu sebelum dia mati.

Pergilah si A ke kampung halaman si B. Setelah melepas kangen, si A mulai menceritakan semua masalah yang dia alami serta keinginannya untuk bunuh diri. Si B
berusaha menasehati sahabatnya tersebut, tetapi karena si A adalah orang yang keras kepala, semua nasihat si B tidak didengar samasekali oleh si A. Akhirnya si B menyerah menasehati sahabatnya tersebut.

Kebetulan saat itu si B mau berangkat memancing dengan ayahnya. Jadi si B mengajak si A memancing di laut bersama dengan ayahnya.
Si B : "Kebetulan aku dan ayahku mau mancing di laut. Yuk ikut"
Si A : "Duh, aku malas mancing"
Si B : "Ayolah. Sebentar lagi kamu kan mau mati. Apa salahnya kamu mancing dengan aku untuk terakhir kalinya."
Si B : "Hmm.. Benar juga. Ok aku ikut"
Akhirnya Si A dan B beserta ayah si B berangkat ke laut untuk memancing.



Mereka bertiga menaiki kapal, lalu berangkat ke tengah laut untuk memancing. Saat mereka memancing, cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi badai. Badai mengombang-ambingkan kapal yang mereka naiki. Sampai suatu ketika ada ombak besar yang menghantam kapal mereka yang menyebabkan si A dan B terlempar ke laut. Si A terlempar ke sisi kiri kapal, sedangkan si B terlempar ke sisi kanan kapal. Ayah si B panik melihat mereka berdua terlempar ke laut. Dengan segera dia mencari pelampung yang ada di dalam kapal. Ternyata, pelampung cuma ada 1. Jika dia lemparkan pada si A, si A akan selamat, sedangkan si B anaknya akan mati. Sebaliknya, jika dia lemparkan pada si B, anaknya tersebut akan selamat sedangkan si A akan mati. Sang ayah mengalami dilema yang sangat besar.

Akhirnya, dia menoleh ke si B anaknya lalu berkata "Anakku, sampai jumpa di surga", kemudian dia melemparkan pelampungnya ke si A. Akhirnya si A selamat sementara si B anaknya mati ditelan badai.


Saat membaca cerita ini, mungkin banyak dari kita yang berpikir bahwa cerita ini adalah cerita yang mustahil. Ngga mungkin ada ayah yang seperti itu. Ngga mungkin ada ayah mana yang mengorbankan anaknya demi menyelamatkan orang lain, terlebih lagi orang tersebut jelas-jelas orang yang bisa dibilang bejat, orang hidupnya tidak benar. Tapi itulah kenyataan yang terjadi. Kalau sang ayah tidak melemparkan pelampungnya pada si A, saya dan teman-teman sekalian tidak mungkin ada saat ini. Kita bisa hidup sampai sekarang ini karena Bapa sudah mengorbankan anak yang sangat dikasihiNya untuk menyelamatkan kita yang penuh dengan noda dosa ini. Ya, kitalah si A tersebut. Allah Bapa telah mengorbankan nyawa anakNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus di kayu salib untuk menyelamatkan kita dari kuasa maut. Allah Bapa telah mengorbankan Anaknya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa kita.

Yohanes 3 : 16
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"


Marilah kita, yang sudah ditebus dengan darah Tuhan Yesus di kayu salib, selalu hidup sesuai dengan kehendak Allah. Jangan kita salibkan Yesus untuk kedua kalinya karena dosa-dosa yang kita lakukan. GBU



-nyo-

Tuesday, May 25, 2010

Saknoe Kowe Le, Le...


Beberapa waktu yang lalu, aku pergi ke bank xxx untuk mengeprint buku tabungan. Ternyata antriannya panjang. Sudah terlanjur sampai di sana, kuputuskan untuk mengantri. Aku duduk di kursi antrian di dekat pintu masuk. Untuk mengusir bosan, aku menunggu sambil mendengarkan Mp3 dari HP ku.

Saat asik mendengarkan musik, sepintas aku melihat ada suatu bayangan di balik pintu kaca bank tersebut. Ternyata ada seorang anak kecil yang mau masuk ke dalam bank tersebut. Mungkin umurnya sekitar 6-7 tahun. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha mendorong pintu kaca yang menurutku berat untuk ukuran anak-anak. Benar saja, anak tersebut tidak kuat membuka pintu tersebut. Karena kasihan, aku bantu anak tersebut membuka pintu.
Saat anak itu masuk, dari belakangku aku mendengar ada suara ibu-ibu dengan nada marah. "Kok keluyuran ae seh...". Ternyata ibu-ibu itu adalah ibu dari anak yang aku tolong tersebut. Dengan marah dia tarik anaknya ke tempat duduk.


Sekitar 5 menit kemudian, terdengar suara ibu itu lagi bercakap-cakap dengan keras sampai menembus earphone ku. Ternyata ada yg menelponnya. Dari pembicaraan yang berhasil aku tangkap, ternyata si penelepon ini mencari suami dari ibu tersebut. Dia bingung karena suaminya ada di parkiran, sedangkan dirinya sedang mengantri. Akhirnya dia menyuruh anaknya itu untuk memanggil ayahnya. Dibukakannya pintu bank, kemudian sang anak keluar mencari ayahnya. Tidak lama kemudian, ibu itu memberi no HP suaminya kepada si penelepon. Pikirku, " kok ya ngga tadi2 toh bu, bu. Buat apa anak mu sampai panas-panas ke parkiran." Setelah memberi no HP tersebut, pembicaraan berakhir.

Tidak lama kemudian, sang anak kembali lagi ke bank. Aku benar-benar seperti mengalami deja vu. Karena apa? kembali sang anak dengan usaha maksimal membuka pintu tapi gagal, aku kembali membantu membukakan nya, dan..... kembali aku mendengar suara ibu-ibu dengan nada marah "Kok keluyuran ae seh..."

*Sfx:Jedoeeeengggg*

Aku bicara dalam hati "Ya ampun buk... buk... Lha ibuk e seng nyuruh kok malah diamuki... Piye toh...." (Ya ampun bu... Ibu yang nyuruh kok malah dimarahi. Bagaimana sih?). "Saknoe kowe le, le..." (kasihan sekali kamu nak, nak).

Yah itu salah satu pengalaman yang aku alami beberapa waktu yang lalu. Dari sini aku belajar, bahwa seringkali orang tua atau orang yang lebih dewasa bersikap semena-mena kepada orang yang lebih muda atau lebih kecil. Tidak jarang anak kecil menjadi pihak yang bersalah dalam suatu kejadian, padahal belum tentu anak itu yang bersalah. Bagaimana anak tersebut bisa berkembang kalau dalam perjalanan hidupnya dia selalu menjadi pihak yang bersalah, dimarah-marahi tanpa boleh membantah. Coba kalau anak itu membantah, mungkin dia akan semakin dimarahi atau malah dipukul oleh ibunya. Iya kan? Lama kelamaan, anak akan menjadi takut untuk mengembangkan kreativitas nya karena mereka takut kalau-kalau apa yang mereka lakukan adalah salah dan ujung-ujungnya, mereka akan dimarahi bahkan dipukul oleh orang tua mereka.

Marilah kita menghargai apa yang dilakukan oleh anak kecil, kita bimbing mereka dengan cara yang benar, tidak hanya dengan marah-marah saja. Kita dengarkan mereka, kenapa mereka berbuat demikian karena semua orang bisa berbuat salah baik itu anak-anak maupun orang yang sudah dewasa seperti kita.



-nyo-